Minggu, 27 Oktober 2013

http://abuzuhriy.com/mengambil-pelajaran-dari-puasa-yang-kita-kerjakan/

Mengambil pelajaran dari shaum (puasa) yang kita kerjakan

Ketika tidak ada seorang pun yang melihat kita, dan kita mampu makan dan minum; tapi kita tidak makan dan minum, karena kita sedang shaum, dan kita tahu bahwa Allaah Maha Mengawasi lagi Maha Melihat perbuatan kita… Maka ini pertanda ada keikhlashan dalam amalan kita…
Maka hendaknya tingkatkan keikhlashan tersebut, dengan MENGERJAKAN perkara-perkara yang DIWAJIBKAN, serta MENINGGALKAN perkara-perkara yang DIHARAMKAN… baik saat kita shaum, maupun diluar shaum…
Jika kita tidak berani untuk sengaja membatalkan shaum kita, ketika tidak dilihat makhluq. maka sudah semestinya kita pun jangan berani-berani untuk meninggalkan kewajiban, dan/atau mengerjakan larangan…
Terlebih lagi jika kita sedang shaum… Apakah kita menyangka Allaah hanya mengawasi kita dalam perkara makan, minum dan jima’ saja? dan Allaah lalai dari amalan wajib yang kita tinggalkan, dan perbuatan mungkar yang kita kerjakan?
Maka hendaknya kita shaum, bukan hanya sekedar menjaga diri dari makan, minum, serta jima’ saja… Tapi LEBIH DARI ITU… menjaga diri dari segala perbuatan yang diharamkanNya (baik itu meninggalkan kewajiban, dan/atau mengerjakan keharaman)… Karena sesungguhnya, maksiat yang kita kerjakan, hanyalah akan mengurangi bahkan mungkin membatalkan pahala shaum kita… Sudah kita berdosa dengan maksiat tersebut, batal pula pahala shaum kita… Sehingga kita hanyalah mendapatkan lapar dan dahaganya saja, pahala tidak kita raih, dan tujuan shaum [yaitu agar kita bertaqwa] tidak tercapai!
Rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang shaum, namun dia tidak mendapatkan dari shaum-nya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”
(HR. Ath Thobroniy; terdapat dalam shahiihut targhiib)
Dan jika kita mampu, hendaknya kita berbuat LEBIH LAGI daripada itu… Bahkan meninggalkan segala perkara yang tidak ada manfa’at aakhiratnya… Bahkan itulah TANDA KEBAIKAN ISLAAM yang ada dalam diri kita…
Allaah memfirmankan sifat orang-orang MUKMIN:
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
dan orang-orang yang BERPALING dari perkara yang tidak ada manfa’atnya
(al Mu’minuun: 3)
Rasuulullaah bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
‘Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah MENINGGALKAN perkara yang TIDAK BERMANFA’AT bagi (urusan aakhirat)nya’.”
[Hasan; HR at-Tirmidzi dan selainnya]
Sehingga hari-hari kita hanyalah dipenuhi ketaatan kepadaNya… yang mereka inilah orang yang paling sempurna pahala shaum-nya… Ingat! khusus untuk amalan shaum… Allaah sendiri-lah yang akan membalasnya..
Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat…
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
Allaah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali shaum. shaum tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan (serta minuman, az) karena-Ku…’
(HR. Muslim)
Maka hendaknya kita mengagungkan maqam-Nya setinggi-tingginya, agar Dia menerima shaum kita, dan memberikan balasan kepada kita dengan balasan yang tanpa batas… Aamiin

Rabu, 09 Oktober 2013

Ateh Batu

Ateh batu-Tanah Kelahiranku

Kampuang nan banamo "Ateh Batu", merupakan salah satu kampuang yang berada di daerah Kabupaten pasaman, di kecamatan Tigo Nagari, tepat nya di nagari binjai jorongnya banamo jorong tarantang tunggang.


Minggu, 08 September 2013

PUASA MENDIDIK KEJUJURAN


Sumber: http://jeffriegeovanie.com/index.php/artikel/budaya-sejarah/319-puasa-mendidik-kejujuran
Tanggal: 09 August 2011. Kategori: Kebudayaan & Sejarah
 
Pada saat ini, kejujuran menjadi masalah besar. Tuduhan yang pernah dilontarkan para tokoh agama bahwa pemerintah tidak jujur terkorfirmasi antara lain dengan terkuaknya kasus Muhammad Nazaruddin. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu dalam nyanyian sumbangnya menyeret sejumlah nama yang semuanya dekat dengan Istana. Dan mudah diduga para tertuduh pun semuanya membantah. Tapi, kesaksian para sopir dan pengawal tampaknya jauh lebih nyaring dari bantahan bos-bosnya.

Kemana kejujuran itu pergi? Mengapa ketidakjujuran makin dekat dengan kekuasaan? Faktor utamanya mungkin karena ambisi yang membutakan mata hati. Ketika mata hati dibutakan, pasti akan menyeruak ketidakjujuran. Selanjutnya, ketidakjujuran itu akan terus memanjang dan melingkar karena setiap ketidakjujuran pasti akan membutuhkan topangan ketidakjujuran berikutnya. Bagaimana cara memotong lingkaran ketidakjujuran? Puasa di bulan Ramadhan bisa menjadi salah satu jawaban. Karena puasa satu-satunya ibadah yang tersembunyi dari ruang publik. Berbeda misalnya dengan syahadat yang harus jelas diucapkan dan bisa didengar, shalat yang begitu jelas geraknya, zakat harus ada hartanya, dan haji mengharuskan pergi ke tanah suci. Semua ibadah begitu nyata kecuali puasa.
Karena tersembunyi, hanya Tuhan yang bisa memastikan apakah seseorang menjalankan puasa atau tidak. Seseorang yang mengaku puasa di depan publik, tak ada yang bisa menjamin ia puasa juga pada saat sendirian, apalagi di ruang tersembunyi. Itulah puasa, mensyaratkan kejujuran pelakunya.
Kejujuran harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak kita. Caranya yang paling efektif, dengan memberikan contoh. Para orang tua dan guru-guru tidak boleh berbohong agar anak-anak (para murid) tidak ikut-ikutan berbohong.
Masalahnya, di negeri yang katanya menjunjung tinggi moralitas agama ini, kejujuran terasa hanya mudah dikatakan tetapi teramat sulit dilaksanakan. Karena tidak mudahnya menjadi orang jujur kiranya wajar belaka jika Rasulullah, pada saat ditanya para sahabat: apa yang harus dilakukan agar dapat masuk surga? Jawab beliau: “engkau jangan bohong”.

Kebohongan –dalam arti luas— setidaknya ada tiga macam: (1) berbohong dalam arti tidak mengatakan hal yang sebenarnya; (2) berbohong dalam arti menutupi keburukan atau kesalahan; dan (3) berbohong dalam arti mengingkari ucapan atau tindakannya sendiri. Apa pun macamnya, seperti sudah disinggung di atas, kebohongan merupakan sumber dari kebohongan-kebohongan yang lain. Untuk menutupi satu kebohongan sudah pasti akan dibutuhkan dua atau lebih kebohongan.
Memang ada juga berbohong dengan maksud yang baik hingga dapat ditoleransi. Misalnya berbohong untuk mendamaikan dua orang yang sedang bermusuhan, berbohong pada pihak musuh  saat berperang, dan berbohong terhadap orang jahat untuk menyelamatkan nyawa orang baik-baik. Tetapi secara umum, kebohongan merupakan sumber malapetaka, baik bagi sang pembohong sendiri maupun bagi orang lain.
Sekarang ini rasanya sulit sekali untuk menemukan teman, sahabat, dan para pemimpin yang benar-benar jujur baik pada diri sendiri maupun –terutama—pada rakyatnya. Karena begitu terbiasanya para pemimpin berbohong maka terasa aneh pada saat ada pemimpin yang menyampaikan kejujuran.
Menyampaikan kejujuran –terutama pengakuan telah berbuat kesalahan—dianggap sebagai tindakan yang naïf atau bahkan dungu. Inilah saya kira, salah satu anomali modernitas yang kita hadapi sekarang. Tata nilai dan norma-norma kesusilaan menjadi jungkir balik. Yang benar disalahkan, dan yang salah dibenarkan.
Di tengah masyarakat yang sudah sarat kebohongan ibadah puasa bisa menjadi harapan, meskipun pasti tidak akan bisa secara instan mengubah segalanya. Puasa mungkin hanya ibarat seember air di padang tandus.


Selasa, 07 Mei 2013

hadis puasa

Dalil Ibadah Puasa Ramadhan


Puasa adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah SWT kepada anak cucu Adam as. Yakni semua manusia yang ada di bumi ini. Karena puasa ini sebenarnya adalah satu ibadah yang sejak dahulu kala telah diakui oleh agama-agama sebelum Islam, kendati manusia telah mengadakan perubahan tentang caranya dan menukarnya. Tentang kewajiban puasa ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah: 183, yaitu: “ hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. 
Dalam sebuah hadits Qudsi, juga dijelaskan tentang keutamaan dan keunikan dari puasa ini yaitu Allah berfirman: “semua amal putra putri Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk Ku dan Aku yang memberi ganjaran atasnya. Dan untuk lebih jelasnya kami akan membahas tentang puasa ini lebih jauh lagi pada bab berikutnya.


1. Kitab Riyadus Sholihin (1219 dan 1221) 
1219- وعن ابي هريرة, رضي الله عنه, عن النبي, صلعم, قل: " من صام رمضان وقامه ايمانا واحتسابا, غفرله ما تقدم من ذنبه". متفق عليه.
Dan dari Abi Hurairah ra. Dari Nabi SAW. Berkata: “barang siapa puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dengan mengharap ridhaa Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.
1221- وعنه, ان رسول الله صلعم, قل: " صوموا لرؤ يته, واْفطرو لرؤيته, فان غبي عليكم, فاكملوا عدة شعبان ثلاثين" متفق عليه. 
Darinya (Abu Hurairah) bahwa Rasulullah SAW bersabda: berpuasalah setelah melihat hilal. Jika mendung menyelimuti, maka sempurnakanlah dangan hitungan hilal.
2. Kitab Lu’lu’ Wal Marjan 
707- عن ابي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلعم:" قال الله كل عمل ابن ادم له الا الصيام, فانه لي وانا اجزي به والصيام جنة, واذا كان يوم صوم احدكم فلا يرفث ولا يصخب فان سابه احد او قاتله فليقل اني امرؤ صائيم, والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم اطيب عند الله من ريح المسك للصائم فرحتان يفرحهما: اذا اْفطر فرح واذا لقي ربه فرح بصومه".ْ
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda:” setiap amal ibadah anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa (yang dilakukan untukku dan aku akan memberikan pahala untuk itu). Dan puasa itu adalah perisai (dari api neraka) maka orang yang berpuasa janganlah berkata kotor(keji) dan jangan pula bersuara keras (tidak boleh ribut). Dan apabila seseorang mencaci maki atau mengajak berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan “saya adalah orang yang sedang berpuasa”. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah daripada bau minyak misk (kasturi). Dan inilah perkataan Allah, ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, pertama, pada saat berbuka (ifthar), kedua, pada saat bertemu dengan Tuhannya pada saat itulah ia akan menemukan kegembiraan atas puasanya”.
708- عن ابي هريرة رضي الله عنه, ان رسول الله صلعم, قال: الصيام جنة فلا يرفث ولا يجهل وان امرؤ قاتله او شاتحه فليقل اني صائم مرتين والذي نفسي بيده لخلوف فم الصائم اطيب عند الله تعالي من ريح الحسك يترك طعامه وشرابه وشهوته من اجلي الصيام لي واْن اْجزي به و الحسنة بعشر امثالها.
Diriwyatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda: puasa adalah perisai (dari api neraka), maka janganlah kamu berkata kotor dan bersuara keras. Dan apabila seseorang memaki atau mengajak berkelahi, katakan kepadanya aku sedang berpuasa. Dan Nabi SAW menambahkan demi Dia yang menggenggam jiwaku, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari bau minyak misk (disisi Allah). Dan ia tidak makan, tidak minum dan meninggalkan nafsunya karena Aku, puasa Adalah untukku, dan akulah yang akan membalasnya dan setiap kebaikan akan dibalas 10 kali kelipatannya.
3. Bulughul Maram (682) 
عن ابي هريرة قال , قال رسول الله صلعم. " من لم يدع قول الزود والعمل به والجهل, فليس لله حاجة في ان يدع طعامه وشرابه ".(رواه البخاري)
Dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: ”Siapa tidak mau menolak (omongannya) yang dusta, dan perbuatan kotornya, dan bodohnya, maka Allah tidak perlu (omongannya dalam) menolak lapar dan dahaganya (makanan dan minumannya)”.
Keterangan: maksud hadits
Tiada faedah puasanya orang yang tidak mau mencegah omongan dan perbuatannya yang dusta serta bersikap bodoh atau berkelakuan dungu.
4. Sunan Turmudzi (619) 
حدثنا هناد حدثنا عبده والمحاري, عن محمد بن عمر وعن ابي سلمة, عن ابي ابي هريرة قال: قال رسول الله صلعم. " من صام رمضان وقامه ايمانا واحتسابا غفرله ما تقدم من ذنبه ومن قام ليلة القدر ايمانا واحتسابا غفر ما تقدم من ذنبه".
Menceritakan kepada kami Hannad, menceritakan kepada kami Abduh dan Al-muhadi dan Muhammad bin Amr dan Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”barang siapa yang berpuasa dibulan Ranmadhan dan beribadah dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa yang telah berlalu akan diampuni, dan barang siapa yang berdiri pada saat Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

B. Kandungan Hadits

1. Keutamaan Puasa
Hadits diatas menjelaskan bahwa puasa Ramadhan adalah puasa yang difardhukan dan mempunyai banyak keutamaan jika puasa itu dilakukan karena Allah dan bukan karena ia takut kepada manusia, maka Allah langsung memberi balasannya, yakni dia akan bertemu langsung dengan Allah. Allah pun memerintahkan agar berbuat baik. sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman: “semua amal putra putri Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk Ku dan Aku yang memberi ganjaran atasnya.
Selain itu hadits diatas juga menjelaskan tentang keutamaan nafasnya orang yang berpuasa itu lebih harum dibandingkan dengan minyak misk.
2. Meninggalkan Perkataan dan Perbuatan Kotor
Tiada faedah puasanya orang yang tidak mau mencegah omongan dan perbuatannya yang kotor dan dusta, Ibnu Hajar pun berpendapat bahwasannya Allah tidak akan menghendaki puasa orang yang perbuatannya seperti itu, sedangkan Syarih berkata: hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan tidak akan mengakibatkan puasanya tidak diterima oleh Allah, tetapi hanya akan dikurangi pahalanya.
3. Hikmah Puasa dan Keutamaan Malam Lailatul Qadr
Ibadah puasa itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya ialah:
a. Tanda terima kasih kepada Allah karena semua ibadah mengandung arti terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberiannya yang tidak terbatas banyaknya dan tidak bernilai harganya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ibrahim: 34.
وان تعدوا نعمت الله لا تحصوها
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya”.
b. Didikan kepercayaan seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal kepunyaannya sendiri karena ingat kepada Allah sudah tentu ia tidak akan meningalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani melanggar segala larangannya.
c. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir miskin karena seseorang yang telah merasa dan pedihnya perut kosong/ tidak makan.
d. Menjaga kesehatan. 
Didalam bulan puasa Ramadhan terdapat satu malam yang mempunyai kelebihan yakni malam Lailatul Qadr. Dan kelebihannya yakni berlipat gandanya pahala amal ibadah pada malam itu lebih dari 29.500 ganda. jika seseorang dapat menemukan satu malam itu, maka ia akan mendapat ganjaran lebih banyak dari pada beramal seribu bulan.
4. Ketentuan Datang dan Berakhirnya Puasa
Puasa Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah satu dari ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. Dengan melihat bagi yang melihatnya sendiri.
b. Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga puluh hari. Maksudnya, tanggal bulan Sya’ban itu dilihat, tetapi kalau bulan tanggal satu Sya’ban tidak terlihat (dalam keadaan langit mendung), tentu kita tidak dapat menentukan hitungan, maka sumpurnakanlah 30 hari.

Kesimpulan

Dari beberapa hadits di atas dan beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa puasa merupakan sebuah ibadah yang yang diperintahkan Allah kepada umatnya yang beriman. Dan waktu untuk puasa itu sendiri telah ditentukan Allah pada bulan-bulan tertentu yang mana datangnya dan berakhirnya bulan puasa itu ter dapat tanda-tandanya tersendiri. 
Selain itu dalam puasa ini terdapat banyak keutamaan-keutamaan yang terkandung didalamnya, serta hikmah-hikmah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang benar-benar menjalankan puasa semata-mata untuk Allah dan karena Allah. Dan Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, Masrap Suhaemi. A.H. Abu Laily Istiqomah B.A, 1993. Terjemah Bulughul Maram, Surabaya: Al Ikhlas.
Muhammad, Abu Abdillah bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah dan Abu Muslim bin Hajjaz, Lu’Lu’ Wal Marjan, Juz II, Bairut Libanon: Darul Fikr.
Muhmmad, Abu Isa bin Isa bin Surah, 1994. Sunan Turmudzi, Bairut Libanon: Darul Fikr. 
Yahya, Imam Abu Zakaria bin Sharab an Nawawi, Riyadus Shalihin, Karachi Pakistan: International Islamic

Jumat, 01 Februari 2013

KAJI BASALISIAH USAH SURAU NAN DI TINGGAKAN

Kok sakah batang salisiah tibarau rabah-rabahan kok sapatah kaji basalisiah usah surau di tinggakan....(Yus dt. parpatiah-Pitaruah ayah)

Manisnya hidup dan teman akrab



     "Tak pernah ku nikmati manisnya hidup hingga teman duduknya rumah dan buku. tak ada yang lebih mulia daripada ilmu karenanya aku mencarai sebagai teman akrab (Ahmad bin abdul aziz Al-jurjani dalam buku Mutiara hikmah membangun jiwa karangan Ahkmad muhaimin azzet,daarul hikmah: Yogjakarta,2010 halaman 24)